SUMUT DISCUSSION CLUB II

SDM Yang Kompeten Salah Satu Aspek Penting Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Menghadapi MEA 2015

Jum'at, 06 November 2015 14:27:55 oleh Bayu Angga Wijaya | berita sebelumnya | berita selanjutnya

Pembina RE Foundation Dr. RE Nanggolan, M.M., mengatakan, salah satu aspek penting yang perlu dipersiapkan oleh bangsa ini, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 adalah tenaga kerja (SDM) yang kompeten. Sebab, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Demikian diungkapkan RE Naninggolan pada Acara Sumut Discussion Club (SDC) II yang diselenggarakan Universitas Prima Indonesia (Unpri) bekerjasama dengan RE Foundation, Kamis (27/5) di Ruang Serbaguna Lantai 5 Rumah Sakit Royal Prima Jalan Ayahanda Medan.Acara yang mengangkat tema 'Kesiapan Tenaga Kerja dan Peran Dunia Pendidikan Sumatera Utara Dalam Menghadapai MEA 2015' ini menghadirkan narasumber Polin Pos Pos, PhD., (pengamat ekonomi), Prof. Bachtiar H Miraza (Guru Besar Universitas Sumatera Utara), Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Drs. Bukit Tambunan, M.A.P., Koordinator Kopertis Wilayah I Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., PhD., Dr. Parulian Simanjuntak (Rektor Universitas HKBP Nomensen), Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Kasim Siyo, M.Si., PhD., Dr. Edward Simanjuntak, M.M (pakar pemerintahan), Drs. Thoga M Sitorus, M.Si., (pengamat tenaga kerja). Dan dihadiri juga oleh Wakil Rektor I Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac., Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Unpri Cut Fitri Rostina, S.E., M.M., Dekan FTIK Unpri Abdi Dharma, S.Kom., M.Kom, Wakil Dekan FE Hendry, S.E., M.M., Direktur Pemasaran PT Bank Sumut Ester Junita Ginting.

"Para tenaga kerja dari berbagai negara anggota MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas, untuk mendapatkan keuntungan ekonomi didalam lingkup MEA", kata RE Nainggolan.

Indonesia, kata RE Nainggolan harus segera bersiap diri menghadapi MEA 2015. Sebab, dampak paling konkrit dari kesepakatan MEA akan terciptanya pasar bebas dibidang permodalan, barang, jasa dan tenaga kerja.

Menurut RE Nainggolan, meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan Iptek untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karena menguasai Iptek, akan berpengaruh terhadap struktur industri dimasa depan.

Untuk itulah kata RE, kita dari unsur masyarakat mengadakan diskusi ini. Melalui diskusi ini dapat kita tahu persis apa masalah dan tantangan atau peluang dan kesempatan yang akan kita peroleh, khususnya di Sumut. Ketika MEA nanti mulai bergulir, dari sini kita lihat berbagai hal, yang pertama memang ada kesempatan yang sangat luas khususnya kalau produk-produk kita bisa dikirim ke berbagai negara di kawasan ASEAN dengan tarif nol persen dari bea masuk. Dan, ada peluang-peluang tenaga kerja kita untuk dikirim ke luar negeri.

Hasil diskusi ini, kata RE akan diteruskan kepada Gubsu sebagai tanggungjawab masyarakat untuk memberikan dukungan kepada gubernur, agar program-program Gubsu yang ada dapat sukses pada MEA dimasa mendatang. "Diskusi pertama juga demikian, banyak penjelasan-penjelasan dari para pakar, kalangan akademisi dan praktisi yang sangat baik yang harus kita renungkan bersama", kata penasehat Unpri ini meyakinkan.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Drs Bukit Tambunan MAP menyatakan DSC ini kegiatan sangat positif, dan dapat memberikan kontribusi pada pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat. "Dari hasil diskusi ini, banyak langkah-langkah dan masukan seperti dari perguruan tinggi, tentang bagaiamana kita menghadapi MEA", katanya.

Yang dituntut sekarang ini, kata Tambunan adalah kualitas, karena kedepan kita tidak lagi berbicara tentang Sumber Daya Alam (SDA) lagi dalam menghadapai MEA, tapi bagaimana SDM bisa punya potensi. Di Sumut ini, kita punya potensi SDM hanya bagaimana nanti kualitasnya dan tuntutannya.

Dari angka katanya, tenaga kerja kita itu masih didominasi oleh tenaga kerja yang tamatan Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA sehingga pekerjaan itu terbatas. Untuk itu lah nantinya akan dipacu oleh perguruan tinggi, bagaimana kedepan kurikulum itu.Sistem pendidikan memiliki arti penting dalam menjawab tuntutan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja terampil, dalam berbagai jenis pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja terdidik tidak hanya harus memenuhi kebutuhan akan suatu jumlah yang dibutuhkan. Akan tetapi, yang lebih penting ialah jenis-jenis keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

Sedangkan Drs. Thoga M Sitorus, M.Si., (pengamat tenaga kerja) menuturkan, dalam hal ini ada dua masalah utama yang patut dikedepankan dalam membahas persoalan SDM di Indonesia. Pertama berkaitan dengan rendahnya kualitas SDM dan kedua berkenaan dengan angka pengangguran yang masih tinggi.

Menurutnya, kedua masalah tersebut mensyaratkan sebuah gambaran betapa suram kondisi SDM Indonesia di tengah perkembangan global yang dinamis.Karena itu, dalam menghadapi era pasar global (MEA 2015) dituntut dari institusi pendidikan adalah kurikulum berdasarkan standar kompetensi yang meliputi knowledge (pengetahuan), skill (kemampuan), attitutde (sikap kerja) dan lulusan yang memiliki ketiga bekal ini diharapkan siap memasuki dinamika dunia kerja yang sesungguhnya.

Setelah diskusi dan perdebatan yang sifatnya memberikan masukan, acara SDC dilanjutkan dengan penyematan pin member SDC yang dilakukan Pembina RE Foundation Dr. RE Nanggolan, M.M., dan Wakil Rektor I Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac., kepada narasumber, Polin Pos Pos, Ph.D (pengamat ekonomi), Prof. Bachtiar H Miraza (Guru Besar Universitas Sumatera Utara), Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Drs. Bukit Tambunan, M.A.P., Koordinator Kopertis Wilayah I Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., PhD, Dr. Parulian Simanjuntak (Rektor Universitas HKBP Nomensen), Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Kasim Siyo, M.Si., PhD, Dr. Edward Simanjuntak, M.M (pakar pemerintahan), Drs. Thoga M Sitorus, M.Si (pengamat tenaga kerja).

Sementara, Koordinator Kopertis Wilayah I Prof.Dian Armanto, M.Pd., M.A , mengatakan, sesuai dengan terbitnya Perpres No 8 tahun 2012 dan UU PT No 12 tahun 2012, bahwa perguruan tinggi swasta (PTS) di Sumatera Utara diharapkan menerapkan kurikulum yang merujuk Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Menurut Dian Armanto, KKNI ini merupakan sebuah pedoman seluruh perguruan tinggi dalam menyusun program akademik. Karena itu semua PTS di Sumut harus menggunakan panduan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi, "Karena KKNI akan menjadi barometer lulusan setiap perguruan tinggi. Kelulusan seorang mahasiswa harus dilihat secara menyeluruh, mau menjadi apa dia jika lulus. Sebab pertumbuhan lulusan dengan lapangan kerja yang tersedia sudah seperti deret ukur. Sudah tak seimbang lagi. Ada gap yang sangat besar. Untuk itulah PT harus memiliki standar dan kompetensi bagi lulusannya", kata Dian.

Pembina RE Foundation Dr. RE Nanggolan, M.M., dan Wakil Rektor I Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac., foto bersama dengan narasumber, Polin Pos Pos, PhD., (pengamat ekonomi), Prof. Bachtiar H Miraza (Guru Besar Universitas Sumatera Utara), Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Drs, Bukit Tambunan M.A.P., Koordinator Kopertis Wilayah I Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., PhD, Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Kasim Siyo M.Si., PhD., Dr. Edward Simanjuntak. M.M., (pakar pemerintahan), Drs. Thoga M Sitorus, M.Si., (pengamat tenaga kerja) Pada Acara Sumut Discussion Club (SDC) II.


Berita Seputar Universitas:

Berita Lain:

Berita Halaman Depan: